Horas Ma Dihita Saluhutna

Tata Cara Perkawinan dalam Budaya Batak Toba

BATAK NETWORK - Horas Ma dihita saluhutna. Mandok mauliate ma hami tu hamu saluhutna, alana ngaro hamu tu situs Batak Network on. Ale sebelumni, mandok sattabi ma hami tu hamu na hami parsangapi ima taringot tu turi-turian nananeng sipasahaton nami on. Atik boha adong nahurang manang nalobi, ba mangantusi ma hamu ate. Turi-turian nanaeng sipasahaton hami on, ndang namanggurui hami. Parsiajar do pe hami. Tong do hami mangido hata sipasingot sian hamu na hami parsangapi. Rap marsiajaran ma hita ate.

Tata Cara Perkawinan dalam Budaya Batak Toba
Pengantin dengan Adat Batak (Foto Ilustrasi - Sumber: thebridedept.com)

Turi-turian yang kita bicarakan kali ini adalah mengenai Perkawinan / Pernikahan dalam Budaya Batak. Seperti apa sih Perkawinan dalam Budaya Batak Toba tsb, mari kita simak selengkapnya di bawah ini.

Perkawinan dalam Budaya Batak Toba
Proses perkawinan dalam adat kebudayaan Batak Toba menganut hukum eksogami (perkawinan di luar kelompok suku tertentu). Ini terlihat dalam kenyataan bahwa dalam masyarakat Batak Toba: orang tidak mengambil isteri dari kalangan kelompok marga sendiri (namariboto), perempuan meninggalkan kelompoknya dan pindah ke kelompok suami, dan bersifat patrilineal, dengan tujuan untuk melestarikan galur suami di dalam garis lelaki. Hak tanah, milik, nama, dan jabatan hanya dapat diwarisi oleh garis laki-laki.

Ada 2 (dua) ciri utama perkawinan ideal dalam masyarakat Batak Toba, yakni
(1) Berdasarkan rongkap ni tondi (jodoh) dari kedua mempelai; dan
(2) Mengandaikan kedua mempelai memiliki rongkap ni gabe (kebahagiaan, kesejahteraan), dan demikian mereka akan dikaruniai banyak anak.

Tata Cara Perkawinan dalam Budaya Batak Toba
Berdasarkan jenisnya ritus atau tata cara yang digunakan, perkawinan adat Bata Toba dibagi menjadi 3 (tiga) tingkatan:

1. Unjuk: ritus perkawinan yang dilaksanakan berdasarkan semua prosedur adat Batak Dalihan Na Tolu. Inilah yang disebut sebagai tata upacara ritus perkawinan biasa (unjuk);

2. Mangadati: ritus perkawinan yang dilaksanakan tidak berdasarkan adat Batak Dalihan Na Tolu, sehingga pasangan yang bersangkutan mangalua atau kawin lari, tetapi ritusnya sendiri dilakukan sebelum pasangan tersebut memiliki anak; dan

3. Pasahat sulang-sulang ni pahoppu: ritus perkawinan yang dilakukan di luar adat Batak Dalihan Na Tolu, sehingga pasangan bersangkutan mangalua dan ritusnya diadakan setelah memiliki anak.

Baca Juga: Dalihan Na Tolu: Falsafah Hidup Orang Batak Yang Turun Temurun Sampai Hari Ini

Tahapan Perkawinan Adat Batak Toba
Ini adalah tahapan dari perkawaninan adat batak toba:

A. Paranakkon Hata
  1. Paranakkon hata artinya menyampaikan pinangan oleh paranak (pihak laki-laki) kepada parboru (pihak perempuan);
  2. Pihak perempuan langsung memberi jawaban kepada ‘suruhan’ pihak laki-laki pada hari itu juga; dan
  3. Pihak yang disuruh paranak panakkok hata masing-masing satu orang dongan tubu, boru, dan dongan sahuta.

B. Marhusip
  1. Marhusip artinya membicarakan prosedur yang harus dilaksanakan oleh pihak paranak sesuai dengan ketentuan adat setempat (ruhut adat di huta i) dan sesuai dengan keinginan parboru (pihak perempuan);
  2. Pada tahap ini tidak pernah dibicarakan maskawin (sinamot). Yang dibicarakan hanyalah hal-hal yang berhubungan dengan marhata sinamot dan ketentuan lainnya; dan
  3. Pihak yang disuruh marhusip ialah masing-masing satu orang dongan-tubu, boru-tubu, dan dongan-sahuta.

C. Marhata Sinamot
  1. Pihak yang ikut marhata sinamot adalah masing-masing 2-3 orang dari dongan-tubu, boru dan dongan-sahuta.
  2. Mereka tidak membawa makanan apa-apa, kecuali makanan ringan dan minuman.
  3. Yang dibicarakan hanya mengenai sinamot dan jambar sinamot.

D. Marpudun Saut
Dalam Marpudun saut sudah diputuskan: ketentuan yang pasti mengenai sinamot, ketentuan jambar sinamot kepada si jalo todoan, ketentuan sinamot kepada parjambar na gok, ketentuan sinamot kepada parjambar sinamot, parjuhut, jambar juhut, tempat upacara, tanggal upacara, ketentuan mengenai ulos yang akan digunakan, ketentuan mengenai ulos-ulos kepada pihak paranak, dan ketentuan tentang adat.

Tahapannya sebagaiberikut.:
  1. Marpudun saut artinya merealisasikan apa yang dikatakan dalam Paranak Hata, Marhusip, dan marhata sinamot; dan
  2. Semua yang dibicarakan pada ketiga tingkat pembicaraan sebelumnya dipudun (disimpulkan, dirangkum) menjadi satu untuk selanjutnya disahkan oleh tua-tua adat. Itulah yang dimaksud dengan dipudun saut.
Setelah semua itu diputuskan dan disahkan oleh pihak paranak dan parboru, maka tahap selanjutnya adalah menyerahkan bohi ni sinamot (uang muka maskawin) kepada parboru sesuai dengan yang dibicarakan.setelah bohi ni sinamot sampai kepada parboru, barulah diadakan makan bersama dan padalan jambar (pembagian jambar). Dalam mardipudun saut tidak ada pembicaraan tawarmenawar sinamot, karena langsung diberitahukan kepada hadirin, kemudian parsinabung parboru mengambil alih pembicaraan. Pariban adalah pihak pertama yang diberi kesempatan untuk berbicara, disusul oleh simandokkon, pamarai, dan terkahir oleh Tulang. Setelah selesai pembicaraan dengan si jalo todoan maka keputusan parboru sudah selesai; selanjutnya keputusan itu disampaikan kepada paranak untuk melaksanakan penyerahan bohi ni sinamot dan bohi ni sijalo todoan. Sisanya akan diserahkan pada puncak acara, yakni pada saat upacara perkawinan nanti.).

E. Ulaon Unjuk
Semua upacara perkawinan (ulaon unjuk) harus dilakukan di halaman pihak perempuan (alaman ni parboru), di mana pun upacara dilangsungkan. Namun saat ini, Upacara Pernikahan ini terkadang bisa dilakukan di halaman paranak, meskipun demikian semunya harus sesuai kesepakatan bersama.

Berikut adalah tata gerak Ulaon Unjuk:
  1. Memanggil liat ni Tulang ni boru muli dilanjutkan dengan menentukan tempat duduk.[Mengenai tempat duduk di dalam upacara perkawinan diuraikan dalam Dalihan Na Tolu.
  2. Mempersiapkan makanan,
  3. Paranak memberikan Na Margoar Ni Sipanganon dari parjuhut horbo,
  4. Parboru menyampaikan dengke (ikan, biasanya ikan mas),
  5. Doa makan,
  6. Membagikan Jambar,
  7. Marhata adat – yang terdiri dari [1] tanggapan oleh parsinabung ni paranak, [2] dilanjutkan oleh parsinabung ni parboru, [3] Tanggapan parsinabung ni paranak, [4] tanggapan parsinabung ni parboru,
  8. Pasahat sinamot dan todoan,
  9. Mangulosi, dan
  10. Padalan Olopolop.

F. Tangiang Parujungan
Doa penutut pertanda selesainya upacara perkawinan adat Batak Toba.

Demikianlah Turi-turian mengenai "Tata Cara Perkawinan dalam Budaya Batak Toba" yang bisa kami sampaikan. Bila ada kekurangan atau kelebihan, kami mohon maaf. Demi kelancaran Batak Network ini, kami memohon masukan berupa kiritikan atau saran. Harpan kami, semoga turi-turian di atas bisa bermanfaat dan berguna. Salam, Tuhan Memberkati. Horas.***

Editor: Tim Batak Network
Sumber: Net.

0 Response to "Tata Cara Perkawinan dalam Budaya Batak Toba "