Horas Ma Dihita Saluhutna

Gotong Royong "Marsiadapari" Gaya Hidup Orang Batak Yang Tak Terlepaskan

BATAK NETWORK - Horas ma dihita saluhutna. Turi-turian dibahasan sadarion adalah tentang 'Marsiadapari', Gotong Royong Ala Orang Batak. Marsiadapari ini merupakan salah satu Gaya Hidup Orang Batak.

Gotong Royong "Marsiadapari" Gaya Hidup Orang Batak Yang Tak Terlepaskan
Ilustrasi Marsiadapari - Foto: batakgaul.com

Seperti apa makna dari Marsiadapari ini, simak turi-turian singkat berikut seperti yang dilansir oleh Batakgaul.com.

Orang Batak sejak dahulu luar biasa visioner. Bayangkan saja, ratusan tahun lalu sebelum Indonesia merdeka, di Tano Batak sudah membumi sifat gotong royong.

Bahkan gotong royong ini sudah menjadi hukum kehidupan (law of life) orang Batak. Keren kan…

Dalam Bahasa Batak, gotong royong disebut marsiadapari. Berasal dari kata mar-sialap-ari yang berarti: kita berikan dulu tenaga dan bantuan kita kepada orang lain baru kemudian kita minta dia membantu kita. Maknanya pun dalam kali kawan: tanam dulu baru petik kemudian!

Siadapari, marsialapari, marsirimpa, atau marsirumpa, apapun sebutannya, prinsipnya adalah gotong royong. Marsiadapari adalah gotong royong yang dilakukan beberapa orang secara serentak (rimpa atau rumpa) di ladang masing-masing secara bergiliran, agar pekerjaan yang berat dipikul bersama hingga meringankan beban kumpulan.

Dokdok rap manuhuk, neang rap manea (berat sama dipikul, ringan sama dijingjing,” begitulah salah satu prinsip marsiadapari.

Pelaksanaan marsiadapari ini pun tidak hanya saat bertani (mangula) di ladang (hauma), tetapi juga pada semua bidang kegiatan orang Batak. Seperti mendirikan rumah (pajongjong jabu), kemalangan, pesta dan lain sebagainya.

Luar biasanya lagi, marsiadapari ini menebus kelas-kelas ekonomi. Miskin atau kaya (na mora manang na pogos), kuat atau lemah (na gumugo manang na gale) semua saling member hati untuk dapat meringankan beban anggota kumpulannya.

Sisolisoli do uhum, siadapari do gogo,” begitulah hukum dasar marsiadapari. Artinya, kau beri maka kau akan diberi. Hal ini berlaku untuk sikap, tenaga dan juga materi.

Dengan hukum dasar ini, semua akan dengan senang hati secara bersama-sama memikul beban yang ada pada kumpulannya. “Tampakna do tajomna, rim ni tahi do gogona”. Yang berat terasa ringan, semua senang dan bersemangat memberikan bantuan.

Sebab, mereka sadar suatu mereka saat pasti membutuhkan perlakuan seperti itu. Indah sekali kan marsiadapari itu, lae dan itoku naposo Batak?

Pertanyaannya sekarang apakah marsiadapari masih ada dalam kehidupan halak Batak di zaman modern ini?

Jelas, masih tetap eksis kawan. Bahkan, masih melekat dan dilaksanakan hingga sekarang!

Namun, harus kita akui secara jujur, pelaksanaan marsiadapari itu tidak lagi seperti dulu hampir di setiap bidang kehidupan. Itu semua karena zaman yang berubah.

Misalnya, marsiadapari di ladang sudah sangat berkurang karena adanya traktor atau jetor serta mesin panen rontok padi dan tenaga kerja yang melimpah dengan upah lebih murah. Begitu juga misalnya membangun rumah, sudah lebih ekonomis diborongkan kepada tukang.

Tetapi, pada kegiatan pesta adat, apapun jenis adatnya prinsip marsiadapari itu masih dilaksanakan dengan teguh. Apalagi di desa masih kental kalipun, jika ada acara adat perkawinan (mangoli) atau kematian (monding), marhobas (mempersiapkan acara/ pesta), dengan semangat marsiadapari, kawan sekampung (dongan sahuta) akan ramai (renta) melakukannya.

Di beberapa desa tertentu di Bona Pasogit bahkan masih menjalankan boras liat (beras sumbangan bergilir) atau indahan liat (sumbangan nasi yang masak bergilir) untuk disumbangkan kepada tuan rumah pesta. Juga sijula-jula (arisan bergilir berupa uang, beras dan daging) kepada pemilik pesta.

Bentuk lain marsiadapari adalah ‘manumpahi’ atau memberi bantuan baik berupa uang atau beras (si pir ni tondi) yang meringankan beban yang melaksankan adat. Meski si penerima akan menganggap itu utang, namun si pemberi tidak selalu menganggap itu piutang (singir).

Pada kumpulan marga, marsiadapari dalam kalangan sedarah (samudar) masih kentara kalilah. Jika ada beban atau masaalah seseorang dalam klan semarga, apalagi yang mempengaruhi martabat marga, maka otomatis semangat kebersamaan dan marsiadapari akan muncul.

Melangkah bersama dan saling menopang serta menanggung resiko bersama (Mangangkat rap tu ginjang, manimbung rap tu toru jala rap udur di angka na masa).

Bagaimana menurut Anda tentang turi-turian Gotong Royong "Marsiadapari" di atas. Yang jelas adalah bahwa Gotong Royong "Marsiadapari" adalah Gaya Hidup Orang Batak Yang Tak Terlepaskan. Mari kita lestarikan sampai kapanpun. Semoga bermanfaat. Horas. Tuhan memberkati.



Penulis: batakgaul.com
Editor: @bataknetwork

0 Response to "Gotong Royong "Marsiadapari" Gaya Hidup Orang Batak Yang Tak Terlepaskan"